Kamis, 10 Januari 2013

PELAJARAN BERHARGA DARI SEBUAH BAJU


PELAJARAN BERHARGA DARI SEBUAH BAJU

Suatu hari di sebuah desa terpencil, hidup seorang yang kaya raya dengan 2 anaknya.
Pada hari itu, sang ayah ingin memutuskan untuk mundur dari usaha keluarga yang telah di jalani bertahun-tahun.
Namun sang ayah bimbang, siapakah yang berhak memegang usaha keluarga ini?
Apakah anak pertama ? atau anak kedua?
Dalam kebimbangannya, sang ayah memutuskan untuk memberikan ujian kepada kedua anaknya.
Keesokan harinya , sang ayah memanggil kedua putranya tersebut.
Kepada anak pertama sang ayah memberikan uang sebesar 1 juta untuk membuat sebuah baju.
Namun sebelum memberikan uang tersebut sang ayah berpesan “buatkan ayah sebuah baju dengan uang ini, terserah berapa pun harganya tapi gunakanlah dengan bijak.”
Begitu pula dengan anak kedua, uang dan pesan yang diberikan sama seperti anak pertama.

Setelah diberikan bekal yang cukup, kemudian mereka berdua berangkat menuju ke kota.
Di perjalanan sang kakak dan adik pun berpisah.
Sang kakak bermaksud melewati jalan pintas ke kota agar lebih cepat sampai. Sedangkan sang adik melewati jalan biasa dengan tujuan untuk membeli bahan langsung dari produsennya.
Keesokan harinya, sang kakak sampai di kota.
Sesampainya di kota, sang kakak lupa akan pesan ayahnya, dan lebih tertarik dengan hiburan yang ada di kota.
Sedangkan sang adik telah selesai berbelanja bahan baku sedang dalam perjalanan ke kota dengan membawa kain serta bahan lainnya untuk mencari penjahit langganan ayahnya dan membuatkan baju pesanan ayahnya.
Sesampainya di kota, sang adik langsung pergi ke penjahit langganan ayahnya, dan berpesan agar tidak terburu-buru dalam mengerjakan baju pesanan ayahnya.”
Tiga hari berlalu, sang adik selesai mengambil baju pesanan ayahnya dan bermaksud untuk kembali ke desanya.
Namun ia terlebih dahulu mencari kakaknya yang sudah lebih dulu sampai di kota.
Sang adik pun bertemu dengan kakaknya.
Terkejutlah sang kakak bahwa adiknya yang belakangan sampai malah sudah selesai lebih dahulu.
Sang kakak pun meminta tenggat waktu kepada adiknya untuk pulang
“berikan aku satu malam untuk membuat baju ini, adikku”. Kata sang kakak.
Sang adik pun ragu, bagaimana bisa dalam waktu semalam baju ini selesai.
Sedangkan kakaknya belum memiliki bahan-bahan untuk membuat baju.
Sang kakak bergegas mencari bahan-bahan untuk membuat baju, namun uang yang ia miliki hanya sedikit karena habis untuk bersenang-senang.
Dengan duit yang tersisa ia hanya bisa membeli kain dengan kualitas murah serta bahan-bahan yang kualitasnya tidak terjamin.
Sama seperti adiknya, sang kakak bergegas menuju ke penjahit langganan ayahnya.
Namun ia berpesan agar baju ini selesai esok pagi, karena sudah harus kembali ke desa keesokan paginya.
Ke esokan harinya sang kakak mengambil pesanannya.
Sayangnya sang kakak kecewa dengan hasil pesanannya.
Kancing nya berbeda warna, begitu pula dengan benangnya. Kainnya sangat tipis sehingga bisa sobek kapan saja.
Namun sang kakak tidak berpikir panjang, dan langsung kembali pulang ke desa bersama adiknya.

Sesampainya di rumah, keduanya langsung disambut oleh sang ayah.
Anak pertama memberikan baju terlebih dahulu, dan kemudian di susul oleh sang adik.
Setelah lama melihat kedua baju tersebut, sang ayah berkata
“anakku, baju ini hanyalah ujian yang ayah berikan untuk kalian. Kalian tahu mengapa ayah meminta sebuah baju?”
Kedua anaknya tidak tahu apa arti dari baju tersebut.
Sang ayah kemudian berkata lagi
“Baju yang kupesan ini, merupakan simbol dari diri kita. Baju dengan kualitas yang bagus, dapat melindungi kita dari panas dan dingin serta tidak mudah rusak, sedangkan Baju dengan kualitas yang buruk tidak dapat membuat tubuh kita merasa nyaman karena khawatir akan mudah sobek.”

“seorang pemimpin itu harus seperti baju, bisa melindungi orang yang dicintainya dari segala cobaan. Dan pemimpin pun harus bisa memberikan rasa nyaman kepada orang sekitarnya.”
Kedua anaknya mengangguk dalam diam.
Mereka merenungkan apa yang ayah mereka ucapkan.
Keputusan pun telah bulat, sang ayah memberikan usaha keluarganya kepada anak kedua.
Sang kakak pun tidak merasa iri hati, meskipun dia tidak meneruskan usaha dari ayahnya, tetapi dia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga.