Kamis, 26 Juli 2012

Benarkah Tahun ini Tahun Sial?


Barangkali tak banyak yang menyadari, ada tiga kali tanggal 13 yang jatuh pada hari Jumat di tahun ini. Yang lebih langka lagi, jarak antara tiga kali Jumat tanggal 13 itu -- 13 Januari, 13 April dan 13 Juli -- adalah 13 minggu. Kejadian langka terakhir seperti ini sudah lama sekali terjadi, yakni pada 1984.


Bagi mereka yang percaya takhayul dengan kekeramatan angka 13 dan hari Jumat tanggal 13, terang tahun ini dan 28 tahun lalu merupakan tahun yang istimewa. Walaupun tak jelas benar, apa yang telah terjadi pada Jumat bulan ini, 13 Juli. Apakah benar ada kejadian buruk yang menimpa Anda sepekan yang lalu?

Entah sejak kapan angka 13 dan tanggal 13 yang jatuh pada hari Jumat dianggap identik dengan kesialan. “Tak pernah ada data, dan tak akan pernah ada, yang bisa membuktikan bahwa 13 merupakan angka sial,” ujar Igor Radun, peneliti di Institute of Behavioural Sciences, University of Helsinki, pekan lalu, seperti dikutip LiveScience. “Tak ada satupun alasan untuk meyakini sebuah angka itu melambangkan keberuntungan atau kesialan.”

Faktanya, ada beberapa kejadian dalam sejarah yang kebetulan berhubungan dengan angka 13. Yesus dikhianati oleh orang ke-13 yang hadir dalam Perjamuan Terakhir. 

Kebetulan pula, Yesus disalib sehari setelah perjamuan itu yang jatuh pada hari Jumat. Fakta sejarah lain, pada 13 Agustus 1307, Raja Prancis Phillip IV memerintahkan tentaranya menyergap ribuan anggota Knight Templar yang sudah bertarung gagah berani dalam Perang Salib. Ratusan anggota Knight Templar disiksa hingga mati.

Mungkin karena percaya dengan kesialan angka 13, Napoleon dan Presiden AS Franklin D. Roosevelt, tak pernah mau melakukan perjalanan pada tanggal 13 dan tak pernah menyelenggarakan perjamuan dengan jumlah tamu 13 orang. 

Takhayul kesialan angka 13 dan Jumat tanggal 13 yang keramat itu bertahan hingga hari ini. Banyak sekali gedung tinggi yang melewatkan lantai 13 dalam daftar lantainya. 

Walaupun urusan takhayul ini tampaknya sepele, tapi jangan anggap remeh konsekuensinya. Menurut perhitungan Stress Management Centre & Phobia Institute, setiap tahun menguap uang US$ 900 juta akibat urusan takhayul ini. Duit itu hilang akibat banyak orang menghindari perjalanan atau urusan bisnis pada tanggal 13.

Namanya juga takhayul, sekali dipercayai sebagai kesialan, kata Richard Wiseman, psikolog dari Hertfordshire di Inggris, maka  itu bisa menjadi ‘keyakinan’. “Kesialan itu bisa menimpa orang yang mempercayai takhayul itu,” katanya, seperti dikutip NationalGeographic.

Kendati demikian, Wiseman mengakui bahwa orang yang mempercayai tkhayul di dunia ini makin lama makin banyak. “Mereka mempercayai bahwa keberuntungan maupun kesialan itu datang dari kekuatan magis. Ini akan menghancurkan kehidupan mereka,” katanya.

Korban `Petrus` 1982-1985 Capai 10 Ribu Orang


TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM Yosep Adi Prasetyo mengatakan jumlah korban dari peristiwa penembakan misterius tahun 1982 sampai 1985 mencapai 10 ribu orang. 

Data tersebut ia kutip dari penelitian David Bourchier yang berjudul "Crime, Law, and State Authority in Indonesia" pada 1990, yang diterjemahkan oleh Arief Budiman. Sedangkan dari pengaduan yang diterima oleh Komnas HAM, jumlah korban mencapai 2.000 orang lebih.
"Jumlah tersebut termasuk orang yang ditemukan meninggal atau hilang. Tidak termasuk yang bisa melarikan diri," kata Yosep, Selasa, 24 Juli 2012.
Menurut penelitian David Bourchier, pelaku pembunuhan bertindak dalam konteks melaksanakan perintah jabatan di bawah koordinasi Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) Republik Indonesia, yang juga berada di bawah komando Presiden Republik Indonesia. Selain pelaku yang memiliki kewenangan, ditemukan pula bukti adanya pelaku individu yang bertindak secara aktif dan disebut sebagai "operator".
Bukti tersebut diperkuat dengan bukti-bukti yang ada di lapangan, misalnya pada tali tambang dan kayu yang digunakan untuk mencekik korban. Menurut Yosep, alat untuk eksekusi tampak sudah dipersiapkan sebelumnya. Kayu pegangan dipotong dengan halus, bahkan diserut. Sedangkan jenis ikatan clove-hitch pada talinya menunjukkan bahwa pelaku adalah orang yang terlatih dan mengerti tali-temali.
"Pola pencekikan dengan tali muncul setelah Menteri Luar Negeri Belanda Van Den Broek menanyakan mengapa banyak orang yang ditemukan meninggal dengan luka tembakan," ujar Yosep. Setelah dibombardir protes, teknik pembunuhan pun berubah dari penembakan menjadi pencekikan dan berbagai cara penghilangan orang.
Peristiwa Petrus juga ditandai dengan berbagai pola yang ditemukan pada tubuh mayat. Misalnya Mister X, julukan untuk orang yang ditemukan tanpa identitas, dalam keadaan tidak bernyawa dengan kedua tangan terikat di belakang. Mayat ditemukan dengan tiga luka tembakan di kepala atau mati karena tercekik.
"Selain itu, biasanya di atas tubuh mayat diletakkan uang Rp 10 ribu untuk biaya penguburan mayat," kata dia.
Selain korban yang ditetapkan sebagai penjahat, korban petrus sering kali juga berasal dari korban salah tangkap. Misalnya petani dan pegawai negeri sipil karena bernama sama.
Kejadian petrus sempat menggegerkan dunia karena tidak terjadi di satu lokasi saja, tapi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Seperti Jakarta, Yogyakarta, Bantul, Semarang, Medan, Palembang, Magelang, Solo, Cilacap, Malang, dan Mojokerto.
"Tak tertutup kemungkinan juga ada di lokasi lain, seperti di Bandung, Makassar, Pontianak, Banyuwangi, dan Bali," ujar Yosep.